Selasa, 17 Juni 2014

Ornithonyssus Sylviarum (the northern fowl mite)

The Northern Fowl Mite (Ornithonyssus Sylviarum)

Description: logo3
Disusun Oleh :

Zidna Rizki Amalia
201310410311247



PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014




KATA PENGANTAR


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “The northern fowl mite (Ornithonyssus sylviarum)” untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan kami pada khususnya. Terima kasih.





    Malang,  9 Juni 2014


Penulis,





                                                                                                                       





DAFTAR ISI




BAB I

 PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Seringkali terdapat kerancuan dalam masyarakat untuk menyebut binatang yang kecil, mengganggu manusia dan hewan peliharaan dengan satu sebutan tunggal yaitu kutu. Padahal terdapat kemungkinan bahwa binatang pengganggu tersebut dari kelompok yang berbeda. Kelompok hewan yang sering menimbulkan kerancuan dalam penyebutan adalah tungau (mite), caplak (tick), kutu (lice) dan pinjal (flea).
Tungau, caplak, kutu dan pinjal tergabung dalam satu filum yang sama yaitu Arthropoda. Tungau dan caplak berada dibawah satu kelas (Arachnida) dan anak kelas yang sama yaitu Acari, namun keduanya tergolong dalam suku yang berbeda.  Caplak termasuk dalam golongan suku Ixodidae dan Argasidae sedangkan suku yang lain disebut tungau saja (Krantz, 1978). Menurut Borror dkk. (1996) kutu dan pinjal termasuk dalam kelas Insekta (serangga) namun berbeda bangsa. Kutu seringkali dibagi menjadi dua bangsa yang terpisah yaitu Mallophaga (kutu penggigit) dan Anoplura (kutu penghisap). Kutu penghisap sering pula disebut “tuma” oleh masyarakat Indonesia. Ahli entomologi dari Inggris, Jerman dan Australia hanya mengenali satu bangsa tunggal yaitu Phthiráptera, dengan empat anak bangsa (salah satunya Anoplura).